Guru sebagai Pemimpin dan Pelayan di Sekolah: Delapan Langkah-langkah Praktis
Penulis: Ryan Oktapratama, M.Pd
Salah satu masalah yang sering terjadi dalam sekolah Kristen adalah sepertinya tidak ada perbedaan dengan sekolah lain pada umumnya, yakni guru hanya berfokus pada mengajarkan pengetahuan dan keterampilan. Tentu saja, ini bukanlah yang menjadi keunikan dari sekolah Kristen. Seorang pemimpin Kristen justru lebih banyak berfokus pada karakter dan keutamaan Kristus. Jadi, jika guru berhenti hanya pada pengetahuan dan keterampilan, maka ia kehilangan esensi dari keunikan kepemimpinan Kristen di dalam kelas.
Lantas, apa yang bisa kita lakukan untuk dapat berlatih menjadi seorang pemimpin Kristen dan membimbing pula para murid untuk mengikuti teladan kita?
Dalam buku, “The Cause of Christian Education” dalam versi terjemahan Bahasa Indonesia, “Hakikat Pendidikan Kristen” karya Dr. Richard J. Edlin, terdapat sub topik yang berjudul “Teladan dan Norma-norma Alkitabiah untuk Mentoring dan Pemberian Teladan.” Hal ini dapat kita gunakan juga dalam memikirkan hal-hal praktis pengembangan kepemimpinan Kristen di dalam kelas.
Adapun delapan karakteristik dan kualitas Kitab Suci yang merupakan komponen mentoring dan pemberian teladan Kristen dari Edlin adalah sebagai berikut:
Pertama, peduli terhadap tumbuh kembang murid. Seorang guru memiliki baik kualitas seorang ibu (lembut, penuh perasaan, tidak mementingkan diri sendiri, berdedikasi) maupun ayah (mendorong, menenangkan, dan mendambakan).
Kedua, melihat Tuhan sebagai tujuan utama. Tuhan adalah penonton utama kita. Kesuksesan kompetitif bukan tujuan akhir, tetapi pengenalan akan Tuhan dan mengikuti ajaran-Nya.
Ketiga, antusias dalam mengajar. Sebagus apapun kita merencanakan pembelajaran, jika kita masuk kelas dengan muka kusut dan ekspresi kusam, murid akan lebih mengingat hal tersebut.
Keempat, memberikan pengertian akan harapan dan tujuan. Murid akan frustrasi jika harus disuruh menemukan tujuan hidup, seolah-olah dunia ini tidak bermakna. Mereka akan memiliki fokus yang jelas jika sudah diberikan pengertian bahwa tujuan hidup ini adalah untuk mengenal dan melayani Tuhan, termasuk lewat melayani sesama dan menjaga bumi.
Kelima, cerdas dan banyak bertanya. Walau guru bukan sumber pengetahuan satu-satunya, ia haruslah orang yang telah diperlengkapi dibidangnya agar dapat membimbing murid dalam proses inkuiri.
Keenam, menerima kemungkinan ketidaksempurnaan. Saat dijelaskan mengenai perspektif dari Kitab Suci, murid mungkin tidak langsung menerimanya. Tidak apa, berikan waktu bagi mereka untuk mengujinya. Oleh karena itu, kehidupan guru harus sesuai dengan apa yang diajarkannya.
Ketujuh, menerima & berusaha mengatasi kelemahan. Para murid adalah pengamat teliti para guru. Mereka kecewa dengan orang yang tidak mau mengakui kesalahan atau yang tidak bisa menghadapinya secara baik.
Terakhir, rendah hati. Guru yang rendah hati adalah ia yang mengakui kesalahan, tidak sombong atau puas diri, tidak berpura-pura dan dapat didekati murid.
Langkah-langkah praktis yang dapat Anda lakukan sebagai guru Kristen dalam menjadi role model bagi para murid Anda. Untuk mempelajari lebih lanjut mengenai bagaimana mengimplementasikan delapan langkah ini ke dalam pembelajaran, ikutilah kursus Mendidik Murid menjadi Pemimpin Kristen di platform pembelajaran online HaiGuru!