Menjadi Fasilitator Bagi Murid: Bagaimana caranya?
Penulis: Timi Timothy, S. Pd., M. Li.
Para pendidik pastinya tidak asing dengan pusat dari pembelajaran, di mana pembelajaran dapat berpusat pada guru atau pada murid. Jika seorang guru ingin para muridnya menjadi pusat pembelajaran, maka tidak sering juga dikatakan bahwa guru harus menjadi fasilitator bagi murid. Tetapi, timbul juga pertanyaan: Bagaimana caranya seorang guru dapat menjadi fasilitator?
Secara singkat, guru dapat menjadi fasilitator bagi para murid dengan memastikan tiga hal berikut terjadi di kelasnya:
- Memperbanyak kesempatan bagi murid untuk memegang kendali pembelajaran mereka
- Mempersonalisasikan pembelajaran murid
- Kolaborasi dengan guru dan sesama murid
Seorang guru dapat memperbanyak kesempatan bagi murid untuk memegang kendali atas pembelajaran mereka sendiri dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan memberikan mereka kesempatan untuk berinteraksi dengan materi, bertanya kepada guru, serta mengeksplor pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan minat mereka (Prince, 2004; Freeman et al., 2014). Di kelas, guru dapat memberikan pilihan aktivitas yang akan dilaksanakan di pertemuan yang akan datang melalui kegiatan voting. Kegiatan ini memberikan murid kesempatan memilih aktivitas yang mereka inginkan, sehingga pembelajaran murid tidak hanya lebih terpersonalisasi, tetapi juga menyebabkan meningkatnya motivasi murid karena ketertarikan mereka terhadap aktivitas yang dipilih.
Tentu saja, kebebasan yang diberikan harus dikontrol oleh guru agar pada akhirnya tujuan pembelajaran tercapai. Oleh karena itu, pilihan jenis aktivitas dapat disiapkan oleh guru. Sebagai contoh, seorang guru bahasa Inggris, saat akan melakukan asesmen keterampilan berbicara (speaking) yang bersifat monolog, dapat menyediakan pilihan berupa presentasi atau pidato. Pilihan topik dari presentasi atau pidato pun juga dapat disediakan oleh guru.
Guru juga dapat memfasilitasi pembelajaran murid dengan memperbanyak kolaborasi, baik antar murid maupun antar murid dan guru. Tujuan dari aktivitas-aktivitas kolaborasi ini adalah agar murid dapat belajar tidak hanya dari materi yang dieksplorasi, tetapi juga dari murid lain dan guru. Kolaborasi antar murid dapat terjadi saat seorang guru menggunakan kegiatan-kegiatan yang memicu diskusi dalam kelompok, seperti analisis masalah, mendiskusikan pertanyaan, serta mengerjakan sebuah proyek. Di saat yang sama, para murid pun dapat berkolaborasi dengan guru saat mereka meminta arahan kepada guru dan saat guru melakukan scaffolding. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk tetap memberikan pengawasan dan arahan bagi para murid saat mereka bekerja sama dalam kelompok masing-masing; guru dapat memberikan pertanyaan-pertanyaan dan arahan tambahan yang kemudian memicu murid untuk memandang sebuah isu dari sudut pandang yang baru.
Melalui cara-cara inilah guru dapat menjadi fasilitator dalam pembelajaran para murid agar mereka pun dapat mengalami pembelajaran yang berarti. Walaupun demikian, perlu juga diketahui oleh para guru bahwa sebagai pendidik Kristen, menjadi fasilitator saja tidak cukup. Seorang guru Kristen harus melampaui peran fasilitator. Lantas, peran apa yang harus dimainkan para guru Kristen dan bagaimana caranya? Temukanlah jawabannya di kursus Mengasah Kemandirian Belajar pada Murid! Segera daftarkan diri Anda dengan mengakses kursus di bawah ini dan kembangkan potensi Anda sebagai pendidik Kristen bersama HaiGuru!