Pembelajaran Berbasis Masalah: Relevankah dengan Nilai-nilai Kristiani?

Penulis: Ryan Oktapratama, B.Ed., M.Pd.

Di dalam kitab Ulangan 6:6-7, disebutkan: “Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.”

Perkataan tersebut diberikan oleh Musa kepada Bangsa Israel, secara spesifik generasi baru Israel yang hendak memasuki tanah perjanjian, yaitu tanah Kanaan. Di dalam komentar Ulangan 6:6-7 yang terdapat dalam Life Application Study Bible, dijelaskan demikian:

    Bangsa Israel didorong untuk memasukkan pengetahuan tentang Tuhan ke dalam setiap aspek kehidupan mereka, tidak hanya selama kegiatan keagamaan atau ibadah. Mereka percaya bahwa pendidikan agama harus praktis dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih lanjut, penulis menyarankan bahwa jika kita adalah orang tua dan ingin anak-anak kita mengasihi dan mengikuti Tuhan, penting untuk menjadikan Tuhan bagian dari pengalaman sehari-hari. Kita harus mengajar anak-anak untuk melihat dan mengenali kehadiran Tuhan di semua bidang kehidupan, tidak hanya di lingkungan yang berhubungan dengan gereja.

Tetapi, jika kita pikirkan dengan lebih mendalam, ini tidak hanya berlaku dalam pendidikan agama atau spiritual, tetapi pendidikan secara umum. Hal ini karena mengintegrasikan pengetahuan ke dalam pengalaman sehari-hari meningkatkan pembelajaran dan pemahaman.

Ketika kita menghubungkan apa yang kita pelajari dengan situasi kehidupan nyata, itu menjadi lebih relevan dan bermakna. Dengan memasukkan berbagai mata pelajaran ke dalam konteks praktis, seperti sains atau matematika dalam pemecahan masalah, siswa dapat memahami konsep dengan lebih baik dan melihat nilai dari apa yang mereka pelajari di luar kelas. Pendekatan ini memupuk pendidikan holistik dan menyeluruh yang mempersiapkan siswa untuk kompleksitas dunia nyata, terlepas dari keyakinan agama mereka.

Terkait dengan hal ini, Jeffrey Philbrick dalam tulisannya yang berjudul “Project-based Learning: A Case Study” yang dipublikasikan dalam situs Association of Christian Schools International (ACSI) mengatakan hal yang serupa. Beliau menyebutkan bahwa sekolah Kristen harus cerdas dan kreatif dalam merancang, mengajar, merekam, dan memperbaiki program pembelajaran mereka.

Lebih lanjut, dikatakan bahwa di masa lalu, sekolah-sekolah Kristen berfokus pada penyediaan pendidikan yang kokoh berdasarkan pengetahuan dan nilai-nilai penting yang memuliakan Tuhan. Sementara sekolah lain sering mencoba metode pengajaran yang baru dan trendi, sekolah Kristen menonjol dengan tetap berpegang pada kurikulum abadi yang berfokus pada pengetahuan esensial.

Namun, Jeffrey Philbrick juga menekankan bahwa setiap sekolah Kristen memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan program-program yang unik, relevan, dan berwawasan ke depan. Salah satu pendekatan yang mereka sarankan adalah pembelajaran berbasis proyek, yang melibatkan siswa mengerjakan proyek untuk belajar dan menunjukkan pemahaman mereka tentang materi pelajaran.

Mungkin kita bertanya, mengapa pembelajaran berbasis proyek? Jawabannya adalah seperti yang telah disebutkan dalam komentar dari Ulangan 6:6-7 sebelumnya, yaitu pendidikan harus praktis, dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, dan menjadi bagian dari pengalaman sehari-hari. Pertanyaan selanjutnya adalah apakah pembelajaran berbasis proyek adalah pembelajaran yang demikian?

Salah satu hal yang merupakan ciri dari pembelajaran berbasis proyek adalah relevansi ditekankan karena membantu murid terhubung dengan proyek pada tingkat pribadi, yang mengarah ke pemahaman topik yang lebih dalam. Pembelajaran berbasis proyek mendorong murid untuk melihat dunia dan tempat mereka di dalamnya dengan cara baru, yang dapat mengubah hidup.

Jadi, dalam hal ini, ciri dari pembelajaran berbasis proyek sudah menyentuh apa yang disampaikan dalam Ulangan 6:6-7. Tetapi, apa yang menjadi pembeda dari pembelajaran berbasis proyek yang dilakukan di sekolah umum dan sekolah Kristen? Untuk menjawab hal ini, kita perlu melihat lebih dalam mengenai esensi dasar dari pembelajaran berbasis proyek.

Apa esensi dasar dari pembelajaran berbasis proyek? Konstruktivisme. Dalam buku berjudul “Walking with God in the Classroom” karya Harro W. Van Brummelen, disebutkan bahwa konstruktivisme merupakan pendekatan pedagogi yang secara aktif melibatkan murid. Dalam pendekatan konstruktivisme, digunakan beragam strategi yang memungkinkan murid mengalami dan berpartisipasi dalam aktivitas yang reflektif dan kreatif.

Semua hal yang terdapat dalam pendekatan konstruktivisme tersebut juga terdapat dalam pembelajaran berbasis proyek. Dalam pembelajaran berbasis proyek, konstruktivisme terwujud melalui penerapan beragam strategi yang memungkinkan murid terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Melalui proyek, murid memiliki kesempatan untuk mengalami, mengeksplorasi, dan berpartisipasi dalam aktivitas yang reflektif dan kreatif.

Selain itu, para murid tidak hanya menerima pengetahuan secara pasif, tetapi juga membangun pemahaman yang lebih mendalam melalui konstruksi pengetahuan mereka sendiri. Murid bekerja dalam kelompok atau individu untuk merencanakan, melaksanakan, dan menyelesaikan proyek yang relevan dengan konteks nyata. Melalui proses ini, murid mengembangkan keterampilan kolaborasi, pemecahan masalah, dan pemikiran kritis, sambil mengaitkan pengetahuan dengan situasi dunia nyata.

Dengan demikian, pembelajaran berbasis proyek menjadi sarana efektif untuk menerapkan prinsip-prinsip konstruktivisme dalam pendidikan. Tetapi, Brummelen menyebutkan bahwa meskipun demikian, para pendidik Kristen perlu mengingat bahwa Alkitab menegaskan Tuhan adalah the origin, the sustainer, dan Sang Penebus dari semua pengetahuan manusia.

Mengapa ini penting? Dalam pembelajaran berbasis proyek, seringkali pemahaman dibangun dari interaksi sosial dan pengalaman pribadi di mana kedua hal ini tidak dapat dijadikan sebagai sumber kebenaran yang absolut.

Misalnya dalam situasi kelas, ketika murid terlibat dalam proyek yang melibatkan eksplorasi tentang sains atau sejarah, pendidik Kristen dapat mengajak mereka untuk membahas bagaimana pengetahuan tersebut berkaitan dengan keyakinan dan prinsip-prinsip yang diajarkan dalam Alkitab.

Pengetahuan seperti ilmu evolusi, atau asal usul manusia dari kera, tentu tidak sejalan dengan kebenaran Firman Tuhan. Apakah pengetahuan asal usul dari kera bisa menjadi kebenaran absolut hanya karena hal ini didiskusikan dalam interaksi yang terjadi di dalam kelompok? Tentu tidak.

Jika murid terlibat dalam proyek yang mempelajari berbagai pandangan tentang asal-usul manusia, termasuk teori evolusi, pendidik Kristen dapat menggunakan kesempatan ini untuk membimbing murid dalam melihat pengetahuan tersebut dalam perspektif iman Kristen. Pendidik dapat mengajak murid untuk mempertimbangkan pandangan Alkitab tentang penciptaan manusia sebagai gambar dan rupa Tuhan yang unik dan spesial.

Jadi, sebagai seorang pendidik Kristen dalam pendekatan pembelajaran berbasis proyek, penting untuk memperhatikan nilai kebenaran dari pengetahuan yang disampaikan melalui diskusi kelompok maupun kelas. Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan menurut Brummelen:

  • Pengetahuan berakar dari wahyu Tuhan
  • Pengetahuan mengarahkan kita ke providensi Tuhan dan karya-Nya yang agung, dan menuntun kita di dalam jalan-Nya
  • Pengetahuan memimpin kita menuju respon, komitmen, dan pelayanan.
  • Saat melaksanakan pembelajaran berbasis proyek di kelas, pertimbangkanlah dan refleksikanlah, apakah ketiga hal tersebut ada di dalam setiap perencanaan maupun proses pembelajaran yang ada.

    Setelah memahami relasi antara pembelajaran berbasis masalah dengan nilai-nilai Kristiani, mungkin Anda penasaran tentang bagaimana caranya seorang guru bisa mengimplementasikan model pembelajaran ini. Untuk mempelajari lebih jauh, klik course card di bawah ini dan daftarkan diri Anda di kursus Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Murid!

    Artikel Lainnya

    Kunjungi Kami

    Head Office & Studio
    HaiGuru

    Syarat Ketentuan

    Kebijakan Privasi

    Hubungi Kami
    Ikuti Kami
    Copyright @2021, HaiGuru®